![]() |
Dokumentasi rutinitas Burdah bersama-sama |
Adalah kesunyian di malam itu. Saat angin mulai mengendap dan suara-suara hilang seketika. Lampu-lampu menyala, setiap kewajiban salat kami laksanakan, zikir kami kobarkan, kemudian anak-anak berdatangan untuk menculik Ilmu dari kami, iya kami KKNS 04 Desa Campor.
"Assalamualaikum," ujar salah satu anak yang bernama Fahla. Ia seorang anak yang cerdas dan manis. Ia juga aktif dalam bertanya. Ia datang untuk les Bahasa Inggris dan tajwid di kediaman kami.
Pembelajaran pun dimulai. Satu persatu kata kian dilantunkan. Seperti berirama, namun tak bernada. Seperti suara namun tak berbunyi. Itulah suara hati kami. Ada salah satu rekan kami yang bernama Rofi mengatakan, "inikah yang di namakan cinta," diam-diam sambil melirik salah satu kekasihnya yang bernama Kecemasan. Kecemasan atas program kami yang bernama bahagia.
Les pun tetap berlanjut hingga sampai pada waktunya pulang.
"Saya akhiri ya adik-adikku, sampai jumpa pada pertemuan selanjutnya," ujar Ibu Rofi'ah selaku guru Les mereka.
Selanjutnya tinggal kami. Kami ingin menuai malam dan sepi, juga rindu akan rumah kami yang kami tinggalkan beberapa hari, namun serasa satu tahun kami meninggalkannya.
"Entah bagaiamana kabar Ibu, ayah, adik, suami, dan anak saya. Saya rindu berkisah dengan suami saya. Makan bareng sama keluarga di rumah. Apakah ini yang dinamakan penderitaan yang bersemayam di dalam rindu? Ah, bukan, barangkali ini hanya halusinasi," ujar salah satu rakan kami bernama Nisya, seorang mahasiswi yang sudah berkeluarga, tapi tetap semangat dalam mencari ilmu.
"Sabar, Nis. Ini adalah kewajiban kita untuk melaksanakan tugas dari kampus tercinta kami STAI AL-Hamidiyah. Kamu kira hanya engkau saja yang rindu keluarga. Aku pun juga rindu. Rindu masakan Ibuku di rumah, rindu nonton tv bareng, rindu main bareng sama adik-adikku. Kita harus semangat dan melakukan yang terbaik dalam KKNS ini," jawab Badrus.
Hari semakin larut, kami sedang menunggu makan malam. Perut kami memanggil-manggil, "nasi-nasi," sedangkan rekan-rekan yang lain ada juga yang mengganjal perutnya dengan sepotong kue. Tiba-tiba ada bau tak sedap yang kami cium. Kami mencari bau tersebut. Ternyata itu bau kentut dari salah satu rekan kami. Waduh, baunya luara biasa. Memabukkan.
"Ayok yang mau makan," kata Rofi'ah.
"Hore, pada akhirnya kita makan," ujar kami secara bersama
Kami pun makan bersama dengan berlauk kentaki dan sambel khas madura, cabai dan terasi. Sungguh lahap makan kami. Barangkali ini yang dinamakan indahnya kebersamaan dan kekompakan. Sebab keduanya kunci untuk membangun keharmonisan.
Makan malam pun selesai. Kami kembali ke tempat kami berkumpul. Yang perempuan ke kamar, sedangkan yang laki-laki ke langgar. Karena laki-laki adalah pelindung bagi seorang perempuan.
Kami pun beranjak semakin larut. Mata kami sudah tak mampu dibendung lagi.
"Aku harap tidak ada yang kentut lagi, agar kami bisa istirahat nyenyak sehingga besok bisa beraktivitas lagi untuk menjalankan program kami. Semoga pula tidak ada rindu yang menari di hati kami."
Malam sudah melayang dari ingatan. Dan kami menemui mimpi kami masing-masing.
Penulis: KKNS 04 Desa Campor
2 Komentar
Bagus ceritanya berkesan.
BalasHapusBagus ,
BalasHapusSuksesSukses terus tretan .
Tulisan antum baru saru yang terindeks google